Memasak dan mendesain pakaian adalah dua passion Senix Widya Octaviani yang kini mulai dijadikan salah satu modal dalam mengembangkan bisnis. Pemilik Nix Dressing Room yang berada di Jalan Lingkar Dadaha ini menceritakan pengalaman hingga akhirnya bisa membuka butik.
Memulai karir sebagai karyawan di perusahaan spare part, Senix Widya Octaviani mengaku kurang begitu sreg dengan status sebagai karyawan dengan pekerjaan yang begitu-begitu saja. Ingin mencari pengalaman baru, gadis kelahiran 18 Oktober 1988 pernah menjadi pengajar di Japanese Language Management Center di Bandung. Dia mengungkapkan saat itu dia bekerja sekaligus mengamalkan ilmu yang telah didapatnya di kampus. “Tidak bertahan lama juga, saya memutuskan untuk resign. Waktu itu bisa dibilang sedang galau menentukan pilihan ingin memiliki pekerjaan apa,” kata lulusan jurusan bahasa jepang Universitas Padjadjaran ini ketika ditemui beberapa waktu lalu.
Didukung oleh orang tua, Senix mencoba melakukan hal-hal yang disukainya. Salah satunya membuat kue. Saat itu tahun 2012 dimana kue rainbow sedang sangat booming. Belajar membuat kue dari buku dan internet, Senix mencoba menjual kue rainbow ke relasi terdekatnya seperti keluarga dan teman-teman. “Orang tua sangat support sekali dengan kegiatan yang saya lakukan. Memang belum begitu menghasilkan banyak income, tapi minimal saya punya aktivitas yang diharapkan bisa menjadi awal kemajuan dalam berbisnis,” kata putri ketiga dari Usman dan Popon Darmiaty ini.
Tidak hanya kue, Senix juga memiliki ketertarikan di bidang fashion. Mulanya dia hanya mendesain pakaian untuk dirinya sendiri. Namun semakin lama, beberapa rekan tertarik dan minta dibuatkan pakaian hasil karyanya. “Antara kue dan fashion jalan beriringan karena untuk kue saya membuatnya sesuai pesanan, tidak menyediakan ready stock. Kalau fashion baru menyediakan stok,” ungkapnya.
Seiring dengan perkembangan zaman, kue yang dibuat Senix pun semakin beragam. Seperti cupcakes, cheesecake, dan decorative cakes. “Buat saya membuat pakaian dan membuat kue sama-sama melibatkan jiwa seni. Keduanya memerlukan kreativitas untuk mendapatkan hasil yang bisa memuaskan konsumen,” kata Senix.
0 komentar:
Posting Komentar