Didiagnosa menderita osteoporosis sejak umur satu tahun, tidak menyurutkan semangat Wifa Jakiah Pahiroh, siswi inklusi SMPN 6 yang menjadi juara 2 bidang kewirausahaan Olympiade Sains Nasional untuk meraih cita-citanya. Prestasi gemilangnya tersebut memotivasi Wifa untuk menjadi pengusaha sekaligus da’iah.
Wifa terlahir dari orang tua yang bergelut di bidang usaha. Kakek dan Ayahnya memiliki usaha kelontongan. Hal tersebut diungkapkan Ibunya, Juju Jubaedah saat ditemui Radar. “Kakeknya punya usaha di Cisayong, kalau bapaknya Wifa punya toko kelontongan di Pasar Cikurubuk,” katanya.
Diungkapkan Juju, tidak hanya dirinya serta suami yang mendukung Wifa untuk semangat dalam menjalani kesehariannya. Kakeknya, H Endang pun demikian. Untuk menunjukkan kepeduliannya, sang kakek membuatkan kursi roda khusus yang pas untuk menopang badan mungil Wifa. “Dibuat di tukang las sama kakeknya. Karena kalau pakai kursi roda yang dijual di pasaran tidak memungkinkan karena terlalu besar. Waktu ikut lomba ke Lombok Wifa dipinjami kursi roda oleh guru pembimbingnya, tapi tidak terpakai. Akhirnya pakai dorongan bayi,” kata Juju.
Sayang sekali kursi roda yang dibuat khusus oleh kakeknya pun tidak bisa dipakai oleh Wifa karena gadis kelahiran 20 Juni 2000 tersebut tidak mampu mengendalikannya. Terlebih, dia pernah jatuh karena saat kursi rodanya hilang kendali. “Tadinya kursi roda itu dibuat agar dia bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan mudah, karena kalau berjalan atau merangkak kan tidak bisa,” ungkap Juju.
Di sekolah pun Wifa dibuatkan kursi khusus oleh orang tuanya. Saat masuk ke kelas 8F di SMPN 6 Tasikmalaya, terdapat satu kursi berbeda dengan yang lainnya disimpan di jajaran paling depan. Kursi tersebut memiliki kain seperti sabuk pengaman pada mobil. Itulah kursi yang biasa dipakai Wifa saat belajar di kelas. “Kalau belajarnya normal. Wifa bisa mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik,” katanya. “Awalnya Wifa belum punya cita-cita. Tapi sepertinya sekarang dia punya mimpi untuk berwirausaha sama ingin jadi da’iah yang bisa berguna bagi sesama lewat ceramahnya,” ujar Juju.
Wifa yang selalu tersenyum saat diwawancara mengungkapkan dia ingin berwirausaha sama seperti Ayah dan Kakeknya. “Bisnis kerudung ronce atau punya toko kelontongan kayak bapak,” katanya.
Titin Patimah SPd, guru di SMPN 6 Tasikmalaya mengakui bahwa Wifa termasuk siswa yang gampang menyerap pelajaran. Terbukti semester terakhirnya dia mendapatkan rangking 8 di kelas. “Wifa anak yang istimewa. Sangat patut diapresiasi,” katanya.
Begitu juga yang diungkapkan kepala SMPN 6 Tasikmalaya Gadriaman MPd. Dia memberikan penghargaan kepada Wifa atas diraihnya prestasi yang turut mengharumkan tidak hanya SMPN 6, tetapi juga kota Tasik dan Provinsi Jawa Barat. “Mudah-mudahan prestasinya tidak hanya di sini saja, tetapi juga bisa terus diaktualisasi dan lebih membanggakan lagi. Yang paling penting kita sebagai orang-orang yang berada di sekeliling Wifa bisa terus menyuntikkan semangat untuknya,” kata Gadriaman.
0 komentar:
Posting Komentar