Jumat, 12 September 2014

Orang Tua Menjadi Pendukung Utama


By on 15.56


Keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang bagi Wifa Jakiah Pahiroh, siswi SMPN 6 Tasikmalaya untuk memiliki prestasi. Bahkan, prestasi terbarunya sudah di tingkat nasional dengan menjadi juara 2 bidang kewirausahaan Olympiade Sains Nasional awal September 2014 lalu.

Sore itu, kami menyambangi rumah berhalaman luas di Sindangjaya Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Tidak lama, muncul seorang perempuan berkerudung. Dia adalah Juju Jubaedah, ibunda dari Wifa. Setelah mempersilakan masuk, Juju menuturkan dirinya baru saja menemani Wifa mandi sore.

Sambil menikmati teh hangat, Juju bercerita mengenai pengalaman anaknya bisa menjadi juara 2 dalam Olympiade Sains Nasional. Perjuangan dan kemauan Wifa untuk berangkat sekolah pun sudah diapresiasi oleh dirinya dan suami, Da’i Dahlan Sujai. Terlebih kini dengan diraihnya prestasi tingkat nasional. “Kami sebagai orang tua ikut bangga,” ucapnya.

Diceritakan Juju, sejak berusia enam bulan Wifa sudah menunjukkan gejala kelainan. Berbeda dengan bayi-bayi lainnya yang sudah bisa menyamping ataupun tengkurap, Wifa kecil termasuk pasif dan jarang bergerak. “Tidak lincah seperti bayi kebanyakan. Dulu dibawa ke dokter anak, katanya busung lapar, ada juga yang mendiagnosis Wifa kekurangan gizi. Makanya saat itu asupan makanannya lebih dijaga,” kata Juju.

Baru saat usia Wifa menginjak satu tahun, orang tuanya tergerak untuk membawa Wifa ke dokter spesialis ortopedi. Itu pun karena suatu hari tangan Wifa terbentur dan menyebabkan tulangnya sakit saat digerakkan bahkan sempat susah bergerak. “Kata dokter tulang, Wifa kena osteoporosis,” ujarnya.

Mengetahui anaknya akan mengalami kesulitan dalam menjalani kegiatan sehari-hari, Juju bertekad untuk selalu berada disamping Wifa memenuhi berbagai kebutuhannya. Hal tersebut telah dilakukannya hingga kini. Mulai dari menemani mandi, memakaikan baju, menyiapkan makanan, sesekali menyuapinya, sampai mengantar jemput Wifa sekolah. “Ya memang sulit buat Wifa untuk hidup mandiri, segalanya tergantung kepada orang lain,” katanya.

Setiap hari, ibu dua anak tersebut membangunkan Wifa untuk sholat subuh. Diungkapkan Juju, Wifa tidak begitu sulit diajak beribadah. Karena tidak bisa berdiri, Wifa sholat sambil duduk di kursi kecil. “Kemana-mana pun dipangku. Memang tampak gampang, tapi sebenarnya harus berhati-hati dan lembut kalau memangkunya. Kalau tidak, Wifa merasa kesakitan. Dia suka pegal-pegal dan keringetan,” kata Juju.

Untuk kehidupan sosial, Wifa bisa menjalaninya dengan normal. Beberapa teman sebaya suka bermain di rumahnya. Terkadang, Wifa yang menyambangi rumah teman-teman yang masih tetangga dengan diantar Ibu maupun pengasuhnya. “Di sekolah pun begitu. Kalau mau jajan, paling nitip ke teman,” katanya.

Wifa yang saat itu menyimak perbincangan selalu tersenyum saat diwawancara. Dengan input dari guru-gurunya, Wifa memiliki prinsip tidak ingin dikasihani, tetapi hanya ingin diperhatikan.

About Syed Faizan Ali

Faizan is a 17 year old young guy who is blessed with the art of Blogging,He love to Blog day in and day out,He is a Website Designer and a Certified Graphics Designer.

0 komentar:

Posting Komentar