“Karena belum punya pengalaman banyak dengan Kurikulum 2013, jadinya saya sebagai guru mengalami gegar budaya. Masih belum luwes melakukan pembelajaran dengan pendekatan scientific, masih terkungkung dengan belajar hanya terjadi di dalam kelas. Padahal lingkungan sekolah dan masyarakat pun bisa menjadi wahana belajar,” kata Wulan, kemarin (14/9).
Di dalam proses belajar mengajar, siswa diminta aktif mencari hal baru yang umumnya bersumber dari internet maupun buku panduan lain disamping buku dari pemerintah. Wulan mengungkapkan beban belajar siswa kini mungkin tampak berat karena belum terbiasa. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban guru untuk selalu membangun kecapakannya dalam memberikan pengalaman belajar yang lebih baik dan bermutu. “Meski kurikulum 2013 berbasis pada keaktifan siswa, tapi tidak berarti tugas guru jadi lebih ringan. Justru guru sebagai fasilitator harus pandai memancing agar siswa lebih aktif. Selain itu, guru juga harus menilai perkembangan siswa secara individual dengan tiga aspek yaitu keterampilan, pengetahuan, dan sikap,” katanya.
Aurel Abigail Azwar, siswa kelas 7C SMPN 5 Tasikmlaya mengungkapkan dirinya kini diajari untuk mencari sendiri materi yang sedang dipelajari. “Tidak bisa santai, belajarnya harus lebih giat lagi karena tugasnya juga banyak,” ungkapnya.
Hal serupa juga dirasakan Salma Khaira Naza dan Najwa Syadzwina kelas 7A. “Sekarang belajarnya lebih sering berkelompok, mencari data-data lewat buku dan internet, terus mempresentasikan hasilnya di depan kelas,” ujar Salma.
0 komentar:
Posting Komentar